BAB I

PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang

 

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Secara teoritis variabel penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu atribut atau sifat nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel ini menjadi sangat penting karena tidak mungkin peneliti melakukan penelitian tanpa adanya variabel. Namun terkadang banyak hal juga yang menyebabkan kita lupa mengenai apa dan seperti apa variabel  serta apa saja jenis variabel dalam penelitian itu. Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan itulah sebabnya mengupas dengan benar variabel akan menjadi suatu hal yang sangat penting.

 

1.2             Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dan definisi variabel dalam suatu penelitian ?

2.      Apa saja jenis-jenis variabel dalam suatu penelitian ?

3.      Apa saja jenis-jenis hubungan antar variabel dalam suatu penelitian ?

4.      Bagaimana pengukuran variabel dalam suatu penelitian ?

5.      Bagaimana korelasi antar variabel dalam suatu penelitian ?

 

1.3             Tujuan Penulisan Makalah

1.      Menjelaskan pengertian dan definisi variabel dalam suatu penelitian.

2.      Mengetahui jenis-jenis variabel dalam suatu penelitian.

3.      Mengetahui jenis-jenis hubungan antar variabel dalam suatu penelitian.

4.      Mengetahui pengukuran variabel dalam suatu penelitian.

5.      Mengetahui korelasi antar variabel dalam suatu penelitian.

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

 

2.1 Pengertian Variabel

 

Sebagian besar para ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasikan dalam suatu penelitian. Selain itu, beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Dari dua pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.

Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya.

Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta sempitnya panelitian yang akan digunakan

 Dalam ilmu-ilmu eksakta, variabel-variabel yang digunakan umumnya mudah diketahui karena dapat dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu sosial, sifanya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara operasional.

            Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007)

Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variable sebagai berikut :

a.      Hatch & Farhady (1981)

Variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.

b.      Kerlinger (1973)

·         Variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya: tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktifitas kerja, dll.

·         Variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values).

 

c.       Kidder (1981)

Variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.

d.      Bhisma Murti (1996)

Variabel didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai variasi nilai. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau kuantitatif. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau kuantitatif.

e.       Sudigdo Sastroasmoro

Variabel merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek lainnya.

f.       Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007)

Variabel adalah konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan konsep adalah penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variabel. Dengan demikian, variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bervariasi.

g.      Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)

·         Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota–anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain.

·         Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Misalnya: umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dsb.

2.2   Jenis-jenis Variabel

            Jenis-jenis variabel terdiri dari beberapa jenis antara lain sebagai berikut.. 

1.      Variabel Independen (Variabel Bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab perubahan timbulnya variabel terikat (dependen). Variabel Independen disebut juga dengan variabel perlakuan, risiko, variabel stimulus, variabel pengaruh, treatment, dan variabel bebas. Dapat dikatakan variabel bebas karena dapat mempengaruhi variabel lainnya. Contoh variabel bebas (Independen) seperti "Pengaruh Terapi Musik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan".

2.      Variabel Dependen (Variabel Terikat) adalah variabel yang dipengaruhi, akibat dari adanya variabel bebas. Dikatakan sebagai variabel terikat karena variabel terikat dipengaruhi oleh variabel independen (variabel bebas). Variabel dependen disebut juga dengan variabel terikat, variabel output, konsekuen, variabel tergantung, kriteria, variabel terpengaruh, dan variabel efek. Contoh variabel terikat (dependen) seperti Pengaruh Terapi Musik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan.

3.      Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi baik itu memperkuat atau memperlemah hubungan antara Variabel bebas dan terikat. Variabel moderator juga disebut dengan variabel independen kedua. Variabel moderating merupakan tipe variabel yang mempunyai pengaruh terhadap sifat atau arah hubungan antar variabel. Sifat atau arah hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen kemungkinan positif atau negatif dalam hal ini tergantung pada variabel moderating. Oleh karena itu, variabel moderating dinamakan pula dengan variabel contingency. Contoh variabel moderator adalah hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin ‘kuat’ bila peranan dosen dalam menciptakan lingkungan belajar yang baik, dan hubungan semakin ‘rendah’ bila peranan dosen kurang baik dalam menciptakan lingkungan belajar. 

4.      Variabel Intervening adalah variabel yang mempengaruhi variabel bebas dan variabel terikat secara teoritis, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel intervening merupakan variabel antara/penyela pada variabel bebas dan variabel terikat, sehingga variabel bebas tidak langsung mempengaruhi perubahan variabel terikat. Contoh variabel intervening adalah hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan konsumen dan loyalitas (dependen).

5.      Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak terpengaruh oleh faktor luar yang tidak teliti. Variabel kontrol sering digunakan sebagai pembanding melalui penelitian eksperimental. Contoh Variabel kontrol adalah pengaruh jenis pendidikan terhadap keterampilan mengetik. Variabel independentnya adalah pendidikan (SMA dan SMK), Variabel kontrol yang digunakan sama, yaitu naskah, tempat dan mesin tik. Jadi, variabel kontrol memudahkan dalam menentukan perbedaan.

Contohnya seperti dalam sebuah judul penelitian “Studi Komperatif prestasi belajar IPA yang pengajarnya menggunakan metode demontrasi dan yang menggunakan metode ceramah kepada siswa-siswi kelas 2 SLTP X Solo tahun 1999”. Maka dapat diidentifikasikan yaitu:

1). Variabel Tergantungnya adalah Prestasi belajar IPA

2). Variabel Bebasnya adalah metode demontrasi dan ceramah

3) Variabel Moderatornya adalah siswa putra dan putri

4). Variabel Kontrol (kendali)-nya adalah kelas 2 SLTP X

 




2.3 Jenis-jenis Hubungan antara Variabel

Usaha untuk mencari hubungan antara variabel sesungguhnya mempunyai tujuan akhir untuk melihat kaitan pengaruh antara variabel-variabel tersebut. Apabila hubungan antara variabel-variabel mempunyai inti penelitian ilmiah, maka tentunya perlu diketahui berbagai macam hubungan antara variabel-variabel tersebut.

Maka untuk itu, perlulah diketahui jenis-jenis hubungan dalam penelitian sosial, yaitu hubungan simetris, hubungan timbal balik (reciprocal), dan hubungan asimetris.

a.      Hubungan Simetris

            Hubungan simetris adalah hubungan dimana variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel yang lainnya. Yang termasuk dalam hubungan simetris ini adalah:

1.)    kedua variabel merupakan indikator dari sebuah konsep yang sama. Misalnya seperti kalau “mengerjakan cepat selesai” dan “hasilnya tepat”, maka kedua variabel tersebut merupakan indikator dari seseorang yang “inteligen/pintar”. Hal ini tidak dapat diartikan kalau “karena cepat” lalu “hasilnya tepat” atau sebaliknya “hasilnya tepat” lalu “karena cepat”. Jantung yang berdenyut semakin cepat sering dibarengi keluarnya keringat tanda kecemasan, tidak dapat diartikan “jantung yang berdebar cepat menyebabkan tangannya berkeringat”, dan sebagainya.

2.)    kedua variabel merupakan akibat dari suatu faktor yang sama; meningkatnya pelayanan kesehatan dibarengi pula dengan bertambahnya jumlah pesawat udara. Kedua variabel “meningkatnya pelayanan kesehatan” dan “bertambahnya jumlah pesawat udara” ini tidak saling mempengaruhi, tetapi kedua merupakan akibat dari peningkatan pendapatan.

3.)    kedua variabel saling berkaitan secara fungsional, dimana satu berada yang lainnya pun pasti disana, “dimana ada guru, pasti ada murid.

4.)    hubungan yang kebetulan semata-mata, “seorang bayi ditimbang lalu meninggal keesokan harinya. Berdasarkan kepercayaan kedua peristiwa tersebut dianggap berkaitan, tetapi dalam penelitian empiris. Tidak dapat disimpulkan bahwa bayi tersebut meninggal karena setelah ditimbang.

b.      Hubungan Timbal Balik

            Hubungan timbal balik adalah hubungan dimana suatu variabel dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel lainnya. Perlu diingat bahwa hubungan timbal balik disini bukanlah hubungan karena tidak dapat ditentukan variabel yang menjadi sebab dan variabel yang menjadi akibat. Yang dimaksud disini ialah apabila pada suatu waktu, variabel X mempengaruhi variabel Y, sedangkan pada waktu yang lain, variabel Y bisa mempengaruhi variabel X.

Contoh: penanaman modal mendatangkan keuntungan, pada gilirannya keuntungan akan memungkinkan penanaman modal. Jelasnya, variabel pengaruh bisa menjadi variabel terpengaruh dan variabel terpengaruh bisa menjadi variabel pengaruh.

c.       Hubungan Asimetris

            Pada pokoknya, dalam analisis-analisis sosial terdapat hubungan asimetris, dimana satu variabel mempengaruhi variabel yang lainnya. Dalam hubungan asimetris ini ada beberapa ketentuan hubungan sebagai berikut:

 

1.      Hubungan antara stimulus dan respon

            Hubungan yang demikian merupakan salah satu hubungan kausal yang biasa dipergunakan oleh para ahli, hubungan antara sebab dan akibat. Contohnya: seorang insinyur pertanian mengamati adanya pengaruh pupuk terhadap buah yang dihasilkan; seorang psikolog meneliti pengaruh kerasnya musik terhadap tingkat konsentrasi; seorang pendidik mengamati pengaruh metode mengajar tertentu terhadap prestasi belajar para siswa, dan sebagai.

2.      Hubungan antara disposisi dan respon

            Disposisi adalah kecendrungan untuk menunjukan respon tertentu pada situasi tertentu. Bila stimulus datangnya pengaruh dari luar, sedangkan disposisi berada dalam diri seseorang. Contonya seperti sikap kebiasaan, nilai, dorongan, kemampuan, dan sebagainya. Suatu respon sering diukur dengan mengamati tingkah laku seseorang. Misalnya migrasi, perilaku inovasi, dan sebagainya. Didalam ilmu sosial, contoh-contoh penelitian hubungan disposisi dan respon terdapat pada studi sikap dan tingkah laku. Contoh; hubungan antara kepercayaan seseorang dengan kecendrungan memakai obat-obat tradisional, sikap terhadap pemerintah, keinginan bekerja, dan lain sebagainya.

 

3.      Hubungan yang imanen antara dua variabel

            Didalam hubungan ini terdapat perjalinan yang erat antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Jelasnya, apabila variabel yang satu berubah maka variabel yang lain ikut berubah. Contohnya seperti hubungan antara semakin besarnya suatu organisasi dengan semakin rumitnya peraturan yang ada

 

4.      Hubungan antara tujuan (ends) dan cara (means)

            Hubungan ini berkaitan antara suatu tujuan dan cara mencapai tujuan itu. Contohnya: penelitian tentang hubungan antara kerja keras dan keberhasilan. Jumlah jam belajar dengan nilai yang diperoleh pada waktu ujian. Besarnya penanaman modal dengan hasil keuntungan.

 

2.4 Pengukuran Variabel

Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu:

1.      Skala Nominal

Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain.

Misalnya :

·         Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan

·         Pekerjaan: dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang

·         Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB

·         Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.

·         Suku Bangsa : dapat dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.

Skala nominal, variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam skala nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang lain.

 

2.      Skala Ordinal

Skala ordinal adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan–tingkatan. Skala ordinal adalah himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan. Skala ordinal adalah kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.

Skala ordinal adalah skala data kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain.

Contoh :

·         Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT

·         Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah

·         Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium III lebih berat daripada Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan keparahan itu.

·         Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak Setuju.

 

3.      Skala Interval

Skala interval adalah skala data kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti.

Nilai variasi pada skala interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil, dsb) tetapi nilai mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara matematis, oleh karena itu batas– batas variasi nilai pada skala interval bersifat ARBITRER (ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut).

Contoh :

·         Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360 Celcius 1½ kali lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00 Celcius Tidak Absolut (=00Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu / Temperatur sama sekali).

·         Tingkat Kecerdasan,

·         Jarak, dsb.

 

4.      Skala Rasio = Skala Perbandingan

Skala ratio adalah skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL ABSOLUT ).

Misalnya :

·         Tinggi Badan : sebagai Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.

·         Denyut Nadi : nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali denyut nadinya.

·         Berat Badan

·         Dosis Obat, dsb

Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal berturut – turut memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke yang kurang rinci. Skala ratio mempunyai sifat – sifat yang dimiliki skala interval, ordinal dan nominal. Skala interval memiliki ciri – ciri yang dimiliki skala ordinal dan nominal, sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang dimiliki skala nominal.

Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya transformasi skala ratio dan interval menjadi ordinal atau nominal. Transformasi ini dikenal sebagai Data Reduction atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat menerapkan metode statistic tertentu, terutama yang menghendaki skala data dalam bentuk ordinal atau nominal.

Sebaliknya, skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah menjadi interval atau ratio. Skala nominal yang diberi label 0,1 atau 2 dikenal sebagai Dummy Variable (Variabel Rekayasa). Misalnya : Pemberian label 1 untuk laki – laki dan 2 untuk perempuan tidak mempunyai arti kuantitatif (tidak mempunyai nilai / hanya kode). Dengan demikian, perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak dari laki – laki. Pemberian label tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori huruf (Alfabet) menjadi kategori Angka (Numerik), sehingga memudahkan analisis data. (Cara ini dijumpai dalam Uji Q Cochran pada Pengujian Hipotesis).

 

 

BAB III

KESIMPULAN

 

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut.

 Berdasarkan hubungannya variabel dibagi menjadi lima yaitu variabel Dependen atau variabel tidak bebas, variabel Independen atau variabel bebas, variabel intervening, variabel moderator, variabel kontrol.

Variabel Independen (Variabel Bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab perubahan timbulnya variabel terikat (dependen), Variabel Despenden (Variabel Terikat) adalah variabel yang dipengaruhi, akibat dari adanya variabel bebas, Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi baik itu memperkuat atau memperlemah hubungan antara Variabel bebas dan terikat, Variabel Intervening adalah variabel yang mempengaruhi variabel bebas dan variabel terikat secara teoritis, tetapi tidak dapat diamati dan diukur, Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak terpengaruh oleh faktor luat yang tidak telitit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya

 

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana  Prenada Media Group

 

Suryabrata, Sumadi. 2002. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada

 

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian, Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: CV. Alfabeta