BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara
sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan
masalah. Sebagai suatu kegiatan sistematis penelitian harus dilakukan dengan metode
tertentu yang dikenal dengan istilah metode penelitin,yakni suatu cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah
ini harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian
merupakan bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodelogi
penelitian karena instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti.
Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan realibitas yang
baik. Untuk memperoleh instrument yang baik tentu selain harus diujicobakan,
dihitung validitas dan realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah
penyusunan instrument.
Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan ini akan diuraikan berbagai
hal terkait dengan instrument penelitian yang pembahasannya diawali dengan
pengertian instrumen penelitian, jenis, lagkah-langkah penyusunan
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud instrumen penelitian ?
2. Apa saja kategori instrumen penelitian ?
3. Apa saja jenis-jenis Instrumen penelitian?
4. apa saja jenis jenis data penelitian?
C.
Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan mempelajari hal – hal yang berkaitan dengan instrumen
penelitian .
2. Untuk mengetahui apa saja kategori instrumen penelitian.
3. Untuk mengetahui apa saja kategori instrument penelitian.
4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis data penelitian
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
DEFINISI
Instrumen Penelitian yaitu alat ukur yang digunakan dalam penelitian(
Sugiyono, 2012).Menurut Suharsimi Arikunto
(2013), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen
penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.
Kualitas data sangat menetukan kualitas penelitian. Kualitas data tergantung pada kualitas alat (instrumen) yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Pada dasarnya terdapat dua kategori instrument yang digunakan dalam penelitian, yakni :
a) instrument digunakan untuk memproleh informasi atau data tentang keadaan objek atau proses yang diteliti.
b) Instrumen digunakan untuk mengontrol objek atau proses yang diteliti.
Data kondisi objek atau spesifikasi proses yang diukur dapat diulang dengan menggunakan dua instrument tersebut (Gempur Santoso, 2012:62)
B. INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK PENELITIAN KUALITATIF
Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian
kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat
bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera.
Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada peneliti
itu sendiri.
Oleh karena dalam penelitian kualitatif yang menjadi
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti
harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode
penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun
logiknya (Sugiono,2012).
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2012).
1. Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap
segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak
bagi penelitian,
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap
semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada
suatu instrumen berupa test atau angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi
kecuali manusia.
d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak
dapat dipahami dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu
sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis
data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan
segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul
seketika.
f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil
kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau
perlakuan (Sugiono 2012).
2. kelebihan-kelebihan peneliti sebagai instrumen (disebut
"Paricipant-Observer") antara lain:
a. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan
mengalami apa yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dengan demikian,
peneliti akan lambat laut "memahami" makna-makna apa saja yang
tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini adalah salah satu
tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian kualitatif.
b. Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data
telah mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian
kualitatif, pengumpulan data tidak dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner)
yang sengaja membatasi penelitian pada variabel-variabel tertentu saja.
c. Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data,
menganalisanya, melakukan refleksi secara terus menerus, dan secara gradual
"membangun" pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal. Ingat, dalam
penelitian kualitatif, peneliti memang "mengkonstruksi" realitas yang
tersembunyi (tacit) di dalam masyarakat.
3. Kelemahan peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") antara
lain:
a. Tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas
peneliti sebagai peneliti. Keterlibatan subjek memang bagus dalam penelitian
kualitatif, tetapi jika tidak hati-hati, peneliti akan secara tidak sadar
mencampuradukkan antara data lapangan hasil observasi dengan pikiran-pikirannya
sendiri.
b. Pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti
sebagai instrumen utama ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam
menulis, menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga harus
memiliki sensitifitas/kepekaan dan "insight" (wawasan) untuk
menangkap simbol-simbol dan makna-makna yang tersembunyi. Lyotard (1989)
mengatakan "lantaran pengalaman belajar ini sifatnya sangat pribadi,
peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya dalam bentuk
tertulis".
c. Peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk
mengikuti dan mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada subjek yang
ditelitinya. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian dianggap selesai jika
kesimpulan telah diambil dan hipotesis telah diketahui statusnya, diterima atau
ditolak. Tetapi peneliti kualitatif harus siap dengan hasil penelitian yang
bersifat plural (beragam), sering tidak terduga sebelumnya, dan sulit
ditentukan kapan selesainya. Ancar-ancar waktu tentu bisa dibuat, tetapi
ketepatan jadwal (waktu) dalam penelitian kualitatif tidak mungkin dicapai
seperti dalam penelitian kuantitatif.
C. INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK PENELITIAN
KUANTITATIF
Jika dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian
adalah penelitinya sendiri, maka dalam penelitian kuantitatif, instrumen harus
dibuat dan menjadi perangkat yang "independent" dari peneliti.
Peneliti harus mampu membuat instrumen sebagus mungkin, apapun instrumen itu.
Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam
penelitian. (Arikunto,2013)yaitu:
1. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat
lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
2. Angket atau kuesioner.
Kuesioner
adalah sebagai alat pengumpul data umumnya terdiri dari serangkaian pertanyaan
atau pertanyaan tertulis yang digunakan untuk mengumpulkan informasi penelitian
yang dikehendaki. Untuk menyusun kuesioner yang tepat maka perlu diketahui
tentang :
a. Jenis
pertanyaan
b. Bentuk
pertanyaan
c. Prinsip-prinsip
dalam merumuskan isi pertanyaan
a.
Jenis-Jenis
Pertanyaan
1. Pertanyaan
tentang fakta
Biasanya tentang
pertanyaan fakta menyatakan tentang fajta diri pribadi respon, misalnya nama,
umur ,jurusan, jens kelamin, latar belakang pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan dan penghasilan.Data ini dapat dipaka untuk mengecek tingkat
keterwakilan sampel yang anda pilih. Misalnya anda ingin membandingkan proporsi
antara responden wanita dan pria, bekerja dan tidak bekerja. Sampel dianggap
mewakili jika proporsi dalam sampel tidak banyak berbeda dengan proporsi dalam
populasi.
2. Pertanyaan
tentang opini dan sikap
Pertanyaan tentang opini dan sikap
berhubungan dengan perasaan, keyakinan, gagasan, kecenderungan dan nilai isu yang diteliti. Opini umumnya
mengganbarkan sikap yang tidak terbaca.
3. Pertanyaan
tentang informasi
Anda dapat menggunakan npertanyaa informasi
untuk melacak pengetahuan responden tentang suatu hal, misalnya berapa banyak
ia ketahui, dari mana sumbernya, dan kapan pertama kali ia mengetahuinya.
Contoh pertanyaan adalah :
“Apakah yang anda ketahui tentang
globalisasi?”
b.
Bentuk
Pertanyaan
Pertanyaan yang kita pakai dalam
kuesioner dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1.
Pertanyaan
tertutup
Pertanyaan dirancang
untuk menjaring jawaban yang telah disediakan pilihannya. Ada beberapa bentuk
pertanyaan tertutup yaitu : pertanyaan dua pilihan, pertanyaan pilihan ganda,
pertanyaan ceklis, pertanyaan ranking dan pertanyaan berskala.
a. Pertanyaan
dua pilihan
Disini responden
diberikan pertanyaan dengan satu kemungkinan jawaban, jadi tinggal memilihsatu
jawaba diantara dua yaitu : ya ataun tidak.
Cntoh : “apakah
anda termasuk anggota pecinta lingkungan hidup”
( ) Ya
( ) Tidak
b.
Pertanyaan pilihan
ganda
Bentuk
pertanyaan seperti ini biasanya diikuti oleh sejumlah alternati jawaban.
Responden diminta untuk memilih jawaban yang tepat. Bentuk pertanyaan ini
digunakan jika sudah banyak informasi yang diperoleh sebelumnya. Pilihan
jawaban yang disediakan harus bersifat tuntas
artinya dalam meampung segala kemungkinan yang diberikan oleh setiap
responden, dan diantara pilihan jawaban yang stu dengan yang lain tidak saling
tumpangn tibdih. Contoh “ teknik mengajar apakah yang paling anda sukai dalam
program pelatihan ini “?
(Pilih satu jawaban)
( ) penjelasan dalam bentuk kuliah
( ) tanya jawab
( ) diskusi kelompok
( ) konsultasi individual
c. Pertanyaan
ceklis
Bentuk
pertanyaan ceklis hampir mirip dengan pilhan ganda. Bedanya, dalam pertanyaan
ceklis responden diperbolehkan memilih lebih dari satu jawaban. Pertanyaa
ceklis juga dapat diubah menjadi bentuk ‘ya – tidak’.
Contoh :
“Apakh alasan anda
mengikuti program pendidikan S2 ini ?”
( ) memperoleh anda pengetahuan dan keterampila
( ) meningkatkan karier
( ) mencari pengalaman, mengisi waktu luang
d.
Pertanyaaan ranking
Pada
pertanyaan ranking, renponden diminta untuk memberikan nomor urut pilihan
jawaban tersediakan.
Contoh :
“urutkanlah kegiatan
ini sesuai dengan pendapat anda tentang bagaimana sebaiknya meaksanakan
tutorial Modul Instrumen Penelitian:
(ginakan angka 1-5,
dimana 1 menunjukkan kegiatan ynag paling kurang bermanfaat, sedangkan 5
menunjukkan kegiatan yang paling bermanfaat. Jika ada kegiatan yang sama sekali
tidak bermanfaat, berilah angka 0)”
( ) menerangkan kepada peserta cara menyusun
kuesioner
( ) menunjukkan contoh yang baik dan kurang
baik kepada peserta
( ) menberikan latihan kepada peserta secra
individual dalam menyusun kuesiomer
( ) meminta
peserta membaca manual dan diberi kesempatan bertanya bila ada yang kurang
dimengerti
( ) berlatih menyusun kuesioner dalam kelompok
kecil
Bentuk
pertanyaan ranking adalah bentuk yang paling sulit, karena banyak menyita
energi pikir responden untuk menetukan urutan pilihab jawaban berdasarkan
tingkat kepentingannya.
e. Pertanyaan
berskala
Pertanyaan yang
mengandung jawaban berskala yaitu jawaban yang disusun menurut gradasi atau
tingkatan. Responden diminta untuk menyatakan persetujuannya atau penolakannya
terhadap pilihan yang disediakan. Pertanyaan berskala mempunyai dua bentuk
taitu Tabular dan Bentuk Likert.
1.) Bentuk
tabular
Misalkan saat ini anda ditawari jabatan
yang lebih tinggi dari sekarang, tapi dengan beberapa risiko seperti yang
tersebut dibawah ini. Sehubungan dengan hal itu maka berilah tanda silang (X)
pada kotak yang disediakan untuk menunjukkan apakah anda akan menerima atau
menolak jbatan tersebut.
|
Menolak |
Kemunngkinan
menolak |
Berat,
tapi tidak menolak |
Membahayakan kesehatan |
( ) |
( ) |
( ) |
Meninggalkan keluarga cukup
lama |
( ) |
( ) |
( ) |
Bekerja lebih keras |
( ) |
( ) |
( ) |
2.) Bentuk
Likert
Berikut ini ada
sejumlah pertanyaan mengenai hakikat manuasia. Tunjukkanlah apakah oertanyaan
ini juga menggambarkan pendapat anda tentang hakikat manusia. Linngkarilah
jawaban yang ada disebelah kanan dari setiap pertanyaan yang anda anggap sesuai.
1.
Pada dasarnya manuasia
dalah makhluk STS TS S SS
yang dapat bekerja sama dengan orang
lain
2.
Hanya ada dua macam
manusia, yaitu STS TS S SS
lemah dan yang kuat
keterangan : STS = sangat tidak
setuju
TS = tidak setuju
S =
setuju
SS = sangat setuju
2.
Pertanyaan
terbuka
Umumnya bentuk pertanyaan ini tidak disertai pilihan
jawaban. Pertanyaan ini digunakan jika informasi yang dimiliki tentang masalah
yang diteliti sangat minim. Pertanyaan yang terbuka atau tidak terstruktur,
dirancang untuk menjaring jawan bebas ,respondon diminta untuk menyusun sendiri
jawabannya, sebab tidak menyediakan jawaban terlebih dahulu.
3.
Pertanyaan
setengah terbuka
Bentuk pertanyaan ini biasanya dikuti dengan
sejumlah alternatif jawaban tapi juga diberikan kemungkinan pada responden untuk
memberikan jawaban yang sesuai dengan pendapatnya.
Contoh
:
“menurut
anda, apakah seorang anak sebaiknya mencoba mendapatkan pekerjaan yang sama
dengan pekerjaan orang tua atau sebaiknya berbeda dengan yang dilakukan oleh
orang tuanya?”
( ) pekerjaan yang sama denngan orang tuanya
( ) pekerjaan yang sama berbeda dari orang
tuanya.
4.
Isi
Pertanyaan
Beberapa prinsip perlu dipertimbanngkan dalam
merumuskanisi pertanyaan kuesioner. Kuesioner yang baik haruslah juga
menciptakan rapport (hubungan simpatetik) yang baik karena kuesioner adalah
pengganti kita dalam berhubungan denga responden. Dengan kata lain kuesioner
yang baik adalah kuesioner yang memuat pesan yang komunikatif, bersahabt, tidak
memata-matai, dan tidak menimbulkan rasa risau. Prinsip-prinsip untuk
mencipakan rapport yang baik.
1. Jangan
memasukkan dua hal yang ingin ditanyakan dalam satu pertanyaan secra sekaligus.
Pertanyaan seperti ini disebut pertanyaan laras ganda. Pertanyaanini akan
membingungkan
Misal : “kapan dan dari sipa anda mengetahui adanya program penghijaun
lingkungan?”
2. Hindari
menggunakan kata-kata pengertian yang kabur, tidak jelas dan tidak tegas.
Misal : “ apakah anda sering mengikuti acara penyuluhan
pertanian”?
3. Hindari
menggunakan pertanyaan terlalu umum.
Misal : kepada guru SMA kita
menanyakan ,
“menurut anda apakah remaja
sekarang telah pedul terhadap lingkunganya?”
Kata “remaja” dan “peduli” terhadap
‘lingkungan’ akan mengundang banyak tafsiran dan jawaban dari responden. Disini
tidak jelas siapa yang termasuk remaja dan sikap atau tindakan mereka yang man
yang menunjukkan bahwa telah peduli terhadap lingkungan.
4. Hindari
penggunaan istilah/kata asing yang tidak dimengerti. Misal respondennya adalah
penduduk didaerah terpencil, pertanyaan yang ajukan adalah :
bagaimana pendapat anda
tentang diversifiksi pangan yang
dianjurkan oleh pemerintah?”
5. Hindari
pertanyaan yang mengarahkan jawaban responden (leading quastions)
Misal : makanan yang memakai zat
pewarna dalah salah satu penyebab tibulnya kanker, anda tidak pernah memakannya
bukan?”
6. Hindari
hal-hal yang menyebabkan responden merasa terancam atau terpojokkan. Amati
contoh berikut ini :
“dalam sebulan terakhir ini, berapa
kali anda memeriksa kebersihan selokan didepan rumah anda?”
Bandingkan dengan pertanyaan ini : “dengan
kesibukan anda yang begitu rupa, apakah anda masih ada kesempatan bagi anda
untuk mememruksa kebersihan selokan didepan rumah anda?”
7. Hindari
menggunakan pertanyaan negatif.
Misal : “ tidak ada kesalhan
pengetikan dalam buku ini”
(1) Ya
(2) Tidak
8. Selain
itu perlu dijelaskan kepda responden mengapa anda bertanya tentang hal tersebut
dan bagaimana cara anda menganalisis jawabannya.
9. Jika
pertanyaan umum dan spesifik ditanyakan pada waktu yang bersamaan, maka
ajukanlah pertanyaan yang umum dulu. Hindari menyakan pertanyaan yang spesifik
lebih dulu kareana akan menyempitkan jawaban.
5.
Sistematika
Kuesioner
Mulailah
dengan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana dan menarik, mudah untuk dijawab
dan langsung berhubungan dengan inti penelitian. Selian itu pertanyaan hendaknya
dikelompokkan sesuai dengan topiknya. Urutan pertanyaan hendaknya dimulai dari
yang mudah, kemudian sukar pada bagian tengah, dan mudah pada bagian akhir.
Disamping itu jangan meletakkan pertanyaan penting pada bagian akhir kuesioner
yang panjang.
6.
Petunjuk
Kuesioner
1.
Petunjuk harus singkat
namun lengkap, karena petunjuk yang terlalu panjang akan menimbulkan
kebingungan, salah tafsir
2.
Perlu penjelasan bahwa
jawaban responden tidak ada hubungan dengan nasibnya dan kerahasiaan jawabannya
terjamin
3.
Jika ada kata-kata yang
pebting, tanyakan dengan menggunakan huruf besar, garis bawah, atau tanda petik
(“)
4.
Berilah petunjuk baru
jika tipe jawabannya berbeda debgab tipe sebelumnya
5.
Berikanlah contoh jika
dianggap perlu
7.
Membuat
Format Kuesioner
1.
Format harus menarik,misal
menggunakan tita atau kertas warna
2.
Format harus
menyenangkan untuk dilihat, mudaj diketahui keseluruhannya, serta mengundang
jawaban
3.
Aturlah pertanyaan
sedemikian rupa sehingga mudah mengisinya
4.
Camtumkan pada amplop
dan apda akhir kuesioner alamat untuk mnegembalikan kuesioner
5.
Hindari menggunakan
kata ‘kuesioner’ atau ‘ujian’
8.
Uji
Cobe Kuesioner
Ada dua uji coba
yang dilakukan yaitu uji coba nonlapngan dan uji coba lapangan.
1.
Uji coba nonlapangan
2.
Uji coba lapangan
Dalam
ujicoba ini kita melibatkan sekitar 20 orang resp[onden yang berasal dari
populasi yang sama dengan sampel studi. Uji coba ini maksudnya untuk mengetahui
kemudahan cara penggunaanya, tingkat pemahan responden terhadap pertanyaan yang
diajukan, komentar dan reaksi mereka serta untuk megetahui kalau ada pertanyaan
yang bersifat mendua.
Responden
diminta menjelaskan pengertia mereka tentang pertanyaandalam kuesioner dengan
menggunakan kata0kata mereka sendiri.hasil uji coba dianalisi sehingga dapat
dilihat apakah cara yang diterapkan sudah memuaskan, apakah perlu pertanyaan
tambahan, atau perlu mengganti kalimat jika pertanyaan menimbulkan banyak salah
pengertian.
3. Interviu (interview).
Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan
seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid,
orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu
4. Observasi.
Di dalam artian
penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung, observasi
dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman
observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati.
5. Skala bertingkat (ratings).
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran
subyektif yang dibuat berskala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data
yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau
orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan,
terutama penampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi
munculnya sifat-sifat. Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat
diamati responden.
6. Dokumentasi.
Dokumentasi,
dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam
melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis
seperti bukubuku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan
sebagainya.
D. Langkah-langkah menyusun Instrumen Penelitian
Iskandar (2013) mengemukakan enam langkah dalam
penyusunan instrumen penelitian, yaitu:
1. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2. Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3. Mencari indikator dari setiap dimensi.
4. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
5. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan
instrumen
6. Petunjuk pengisian instrumen.
D.
JENIS-JENIS DATA
Ø
Berdasarkan sumbernya, data
penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data primer dan data
sekunder.
(1) Data
primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai
data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik
yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain
observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD) dan
penyebaran kuesioner.
(2) Data
Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti
dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik
(BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
Pemahaman
terhadap kedua jenis data di atas diperlukan sebagai landasan dalam menentukan
teknik serta langkah-langkah pengumpulan data penelitian.
Ø
Berdasarkan bentuk dan sifatnya,
data penelitian dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu data kualitatif (yang
berbentuk kata-kata/kalimat) dan data kuantitatif (yang berbentuk angka). Data
kuantitatif dapat dikelompokkan berdasarkan cara mendapatkannya yaitu data
diskrit dan data kontinum. Berdasarkan sifatnya, data kuantitatif terdiri atas
data nominal, data ordinal, data interval dan data rasio.
Data
Kualitatif: data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam
bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan
data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi
yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data
kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
Data
Kuantitatif: data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik
perhitungan matematika atau statistika.
Ø
Berdasarkan
proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif dapat
dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu sebagai berikut:
(1) Data
diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang
diperoleh dengan cara membilang. Contoh data diskrit misalnya:
(a) Jumlah
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan XXX sebanyak 20.
(b) Jumlah
siswa laki-laki di SD YYY sebanyak 67 orang.
(c) Jumlah
penduduk di Kabupaten ZZZ sebanyak 246.867 orang.
Karena
diperoleh dengan cara membilang, data diskrit akan berbentuk bilangan bulat
(bukan bilangan pecahan).
(2) Data
kontinum adalah data dalam bentuk angka/bilangan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat berbentuk bilangan
bulat atau pecahan tergantung jenis skala pengukuran yang digunakan. Contoh
data kontinum misalnya:
(a)
Tinggi badan Budi adalah 150,5 centimeter.
(b)
IQ Budi adalah 120.
(c)
Suhu udara di ruang kelas 24o Celcius.
Ø
Berdasarkan
tipe skala pengukuran yang digunakan, data kuantitatif dapat dikelompokan
dalam empat jenis (tingkatan) yang memiliki sifat berbeda yaitu:
(1) Data
nominal atau sering disebut juga data kategori yaitu data
yang diperoleh melalui pengelompokkan obyek berdasarkan kategori tertentu.
Perbedaan kategori obyek hanya menunjukan perbedaan kualitatif. Walaupun
data nominal dapat dinyatakan dalam bentuk angka, namun angka tersebut tidak
memiliki urutan atau makna matematis sehingga tidak dapat dibandingkan. Logika
perbandingan “>” dan “<” tidak dapat digunakan untuk menganalisis data
nominal. Operasi matematika seperti penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian
(x), atau pembagian (:) juga tidak dapat diterapkan dalam analisis data
nominal. Contoh data nominal antara lain:
- Jenis
kelamin yang terdiri dari dua kategori yaitu: (1)
Laki-laki; (2) Perempuan
Angka (1)
untuk laki-laki dan angka (2) untuk perempuan hanya merupakan simbol yang
digunakan untuk membedakan dua kategori jenis kelamin. Angka-angka tersebut
tidak memiliki makna kuantitatif, artinya angka (2) pada data di atas tidak
berarti lebih besar dari angka (1), karena laki-laki tidak memiliki makna lebih
besar dari perempuan. Terhadap kedua data (angka) tersebut tidak dapat
dilakukan operasi matematika (+, -, x, : ). Misalnya (1) = laki-laki, (2) =
perempuan, maka (1) + (2) ≠ (3), karena tidak ada kategori (3) yang merupakan
hasil penjumlahan (1) dan (2).
- Status
pernikahan yang terdiri dari tiga kategori yaitu: (1) Belum menikah, (2)
Menikah, (3) Janda/ Duda. Data tersebut memiliki sifat-sifat yang sama
dengan data tentang jenis kelamin.
(2) Data ordinaladalah data
yang berasal dari suatu objek atau kategori yang telah disusun secara
berjenjang menurut besarnya. Setiap data ordinal memiliki tingkatan tertentu
yang dapat diurutkan mulai dari yang terendah sampai tertinggi atau sebaliknya.
Namun demikian, jarak atau rentang antar jenjang yang tidak harus sama.
Dibandingkan dengan data nominal, data ordinal memiliki sifat berbeda dalam hal
urutan. Terhadap data ordinal berlaku perbandingan dengan menggunakan fungsi
pembeda yaitu “>” dan “<”. Walaupun data ordinal dapat disusun
dalam suatu urutan, namun belum dapat dilakukan operasi matematika ( +, – , x ,
: ). Contoh jenis data ordinal antara lain:
- Tingkat
pendidikan yang disusun dalam urutan sebagai berikut:
(1)
Taman Kanak-kanak (TK)
(2)
Sekolah Dasar (SD)
(3)
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
(4)
Sekolah Menengah Atas (SMA)
(5)
Diploma
(6)
Sarjana
Analisis
terhadap urutan data di atas menunjukkan bahwa SD memiliki tingkatan lebih
tinggi dibandingkan dengan TK dan lebih rendah dibandingkan dengan SMP. Namun
demikian, data tersebut tidak dapat dijumlahkan, misalnya SD (2) + SMP (3) ≠
(5) Diploma. Dalam hal ini, operasi matematika ( + , – , x, : ) tidak
berlaku untuk data ordinal.
- Peringkat
(ranking) siswa dalam satu kelas yang menunjukkan urutan prestasi belajar
tertinggi sampai terendah. Siswa pada peringkat (1) memiliki prestasi
belajar lebih tinggi dari pada siswa peringkat (2).
(3) Data
Intervaladalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas
dasar kriteria tertentu serta menunjukan semua sifat yang dimiliki oleh data
ordinal. Kelebihan sifat data interval dibandingkan dengan data ordinal adalah
memiliki sifat kesamaan jarak (equality interval) atau memiliki rentang
yang sama antara data yang telah diurutkan. Karena kesamaan jarak tersebut, terhadap
data interval dapat dilakukan operasi matematika penjumlahan dan pengurangan (
+, – ). Namun demikian masih terdapat satu sifat yang belum dimiliki yaitu
tidak adanya angka Nol mutlak pada data interval. Berikut dikemukakan tiga
contoh data interval, antara lain:
- Hasil
pengukuran suhu (temperatur) menggunakan termometer yang dinyatakan dalam
ukuran derajat. Rentang temperatur antara 00 Celcius
sampai 10 Celcius memiliki jarak yang sama dengan 10
Celcius sampai 20 Celcius. Oleh karena itu berlaku
operasi matematik ( +, – ), misalnya 150 Celcius + 150
Celcius = 300 Celcius. Namun demikian tidak dapat dinyatakan
bahwa benda yang bersuhu 150 Celcius memiliki ukuran panas
separuhnya dari benda yang bersuhu 300 Celcius. Demikian juga,
tidak dapat dikatakan bahwa benda dengan suhu 00 Celcius tidak
memiliki suhu sama sekali. Angka 00 Celcius memiliki sifat
relatif (tidak mutlak). Artinya, jika diukur dengan menggunakan Termometer
Fahrenheit diperoleh 00 Celcius = 320 Fahrenheit.
- Kecerdasaran
intelektual yang dinyatakan dalam IQ. Rentang IQ 100 sampai 110
memiliki jarak yang sama dengan 110 sampai 120. Namun demikian tidak
dapat dinyatakan orang yang memiliki IQ 150 tingkat kecerdasannya 1,5 kali
dari urang yang memiliki IQ 100.
- Didasari
oleh asumsi yang kuat, skor tes prestasi belajar (misalnya IPK mahasiswa
dan hasil ujian siswa) dapat dikatakan sebagai data interval.
- Dalam
banyak kegiatan penelitian, data skor yang diperoleh melalui kuesioner
(misalnya skala sikap atau intensitas perilaku) sering dinyatakan sebagai
data interval setelah alternatif jawabannya diberi skor yang ekuivalen
(setara) dengan skala interval, misalnya:
Skor (5)
untuk jawaban “Sangat Setuju”
Skor (4)
untuk jawaban “Setuju”
Skor (3)
untuk jawaban “Tidak Punya Pendapat”
Skor (2)
untuk jawaban “Tidak Setuju”
Skor (1)
untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju”
Dalam
pengolahannya, skor jawaban kuesioner diasumsikan memiliki sifat-sifat yang
sama dengan data interval.
(4) Data
rasio adalah data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki
oleh data nominal, data ordinal, serta data interval. Data rasio adalah data
yang berbentuk angka dalam arti yang sesungguhnya karena dilengkapi dengan
titik Nol absolut (mutlak) sehingga dapat diterapkannya semua bentuk operasi
matematik ( + , – , x, : ). Sifat-sifat yang membedakan antara data rasio
dengan jenis data lainnya (nominal, ordinal, dan interval) dapat dilihat dengan
memperhatikan contoh berikut:
- Panjang
suatu benda yang dinyatakan dalam ukuran meter adalah data rasio. Benda
yang panjangnya 1 meter berbeda secara nyata dengan benda yang panjangnya
2 meter sehingga dapat dibuat kategori benda yang berukuran 1 meter dan 2
meter (sifat data nominal). Ukuran panjang benda dapat diurutkan mulai
dari yang terpanjang sampai yang terpendek (sifat data ordinal). Perbedaan
antara benda yang panjangnya 1 meter dengan 2 meter memiliki jarak yang
sama dengan perbedaan antara benda yang panjangnya 2 meter dengan 3 (sifat
data interval). Kelebihan sifat yang dimiliki data rasio ditunjukkan oleh
dua hal yaitu: (1) Angka 0 meter menunjukkan nilai mutlak yang artinya
tidak ada benda yang diukur; serta (2) Benda yang panjangnya 2 meter, 2
kali lebih panjang dibandingkan dengan benda yang panjangnya 1 meter yang
menunjukkan berlakunya semua operasi matematik. Kedua hal tersebut tidak
berlaku untuk jenis data nominal, data ordinal, ataupun data interval.
- Data
hasil pengukuran berat suatu benda yang dinyatakan dalam gram memiliki
semua sifat-sifat sebagai data interval. Benda yang beratnya 1 kg. berbeda
secara nyata dengan benda yang beratnya 2 kg. Ukuran berat benda dapat
diurutkan mulai dari yang terberat sampai yang terringan. Perbedaan antara
benda yang beratnya 1 kg. dengan 2 kg memiliki rentang berat yang sama
dengan perbedaan antara benda yang beratnya 2 kg. dengan 3 kg. Angka 0 kg.
menunjukkan tidak ada benda (berat) yang diukur. Benda yang beratnya 2
kg., 2 kali lebih berat dibandingkan dengan benda yang beratnya 1 kg.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.
Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen penelitian yaitu dengan
mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti, menjabarkan variabel
menjadi dimensi-dimensi, mencari indikator dari setiap dimensi, mendeskripsikan
kisi-kisi instrumen, merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen,
petunjuk pengisian instrumen. Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus
memiliki dua syarat yaitu Valid dan reliabel. Valid berarti instrumen secara
akurat mengukur objek yang harus diukur. Reliabel berarti hasil pengukuran
konsisten dari waktu ke waktu.
B.
SARAN
1. Bagi Universitas
Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan
diUniversitas Khususnya di Prodi D-IV Kebidanan. Terutama refesensi atau sumber
pustaka yang berkaitan dengan Instrumen Penelitian
2. Bagi Penulis
Diharapkan bagi penulis lain dapat melakukan pembuatan makalah lanjutan
yang lebih baik lagi dan membahas lebih mendalam lagi terutama tentang
instrumen penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Hadjar. 2013. Dasar-dasar
Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. 2012. Metode
Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:Penerbit Alfabeta.
Arikunto
Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta
0 Comments
Post a Comment